Pembahasan kali ini cukup berbeda karena para pembaca setia situs kami akan mendapat pengetahuan baru seputar cara atasi kecanduan judi dalam agama Hindu. Kami berharap melalui tulisan ini, para pembaca dapat memperoleh insight baru bahwa dalam agama manapun, praktik perjudian termasuk perbuatan ilegal.
Berkaitan dengan topik pembahasan ini, praktik judi masyarakat Bali yang mayoritas beragama hindu identik dengan ritual keagamaan Tabuh Rah. Padahal praktik judi sabung ayam (masyarakat Bali menyebutnya ‘tajen’) dan Tabuh Rah adalah dua hal yang sangat berbeda.
Perbedaan Tabuh Rah dan Tajen
Perlu Anda ketahui bahwa masyarakat Bali yang beragama Hindu, mengenal sebuah ritual keagamaan Tabuh Rah sebagai bagian dari bentuk peribadatan. Tabuh Rah adalah ritual keagamaan yang mana dalam ritual tersebut diperlihatkan aksi mengadu jago atau jenis hewan lain.
Meski ritual ini juga menggunakan uang sebagai pelengkap ritual, Tabuh Rah tidaklah termasuk praktik judi. Uang yang digunakan bisa berupa uang asli (uang yang berlaku saat ini) atau bisa juga berupa uang kepeng. Pemangku adat tidak menentukan besaran uang untuk ritual keagamaan ini. dengan kata lain, masyarakat boleh menyumbang berapa saja atau seikhlasnya.
Hasil uang yang terkumpul nantinya akan dimanfaatkan untuk keperluan upacara keagamaan, bukan diserahkan kepada pihak pemilik jago yang memenangkan atraksi adu jago. Nah, dari segi tujuan saja sudah berbeda dengan Tajen. Tajen memiliki unsur praktik judi khususnya yang ada kaitannya dengan ketentuan taruhan. Ada ketentuan mengenai nominal taruhan dan pemenang Tajen nantinya akan mendapatkan keseluruhan taruhan.
Menjauhi Larangan Judi
Dalam agama Hindu, judi termasuk larangan. Praktik judi secara umum akan mengganggu kualitas mental spiritual. Pelaku judi adalah pribadi yang moral dan imannya lemah karena tidak bisa mengontrol niat untuk berjudi dengan baik. Sedang untuk memiliki kualitas pribadi yang baik, tiap pribadi harus memiliki bekal moral & iman yang kuat. Dengan bekal ini, seseorang akan dapat mengimplementasikan cara atasi kecanduan judi dengan cukup mudah.
Judi yang tak lain adalah salah satu contoh penyakit masyarakat ini muncul akibat adanya sifat-sifat buruk yang secara kodrati melekat pada manusia. Judi, atau ‘metoh’ dalam bahasa masyarakat Bali, dapat memicu sifat serakah, kemarahan, dan loba seperti yang ada dalam Kitab Smerti Sarasamuccaya (Sloka 105 dan 106).
Kemarahan, selanjutnya, dapat merambah ke hal buruk lainnya seperti timbulnya ketidakharmonisan, baik ketidakharmonisan dengan masyarakat secara umum maupun ketidakharmonisan dengan keluarga seperti yang ada dalam Kitab Suci Agama Hindu, Reg Veda x.34.13.
Kutipan Kitab Suci Reg Veda tersebut kurang lebih menjelaskan bahwa kita, umat manusia, untuk merasa puas dengan penghasilan yang telah ada. Cukupkan dengan penghasilan tersebut. Dewa Alam Senresla, Dewa Sawita, telah memberi nasihat ini agar umat manusia menjalaninya.
Dari kutipan tersebut semakin memperjelas soal larangan berjudi. Pelajaran berharga soal dampak berjudi juga bisa kita lihat dari kisah legendaris Mahabarata yang mana Yudhistira kalah judi dadu dari Duryadana. Akibatnya, istri Yudhistira yang menjadi taruhan kini menjadi milik Duryadana.
Dekat dengan Tuhan sebagai Cara Atasi Kecanduan Judi yang Paling Efektif
Cara atasi kecanduan judi lainnya yang sangat efektif adalah dengan mendekatkan hati dengan Tuhan. Caranya bagaimana? Tentu saja dengan cara menjalankan emapt ritual peribadatan dalam agama Hindu, yaitu Anggavati Aaraadhana, Satywavati Aaraadhana, Nidanavati Aaraadhana, dan Anyavati Aaraadhana.
Menurut ajaran agama Hindu, Satywavati Aaraadhana adalah bentuk ritual peribadatan di mana kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan telah menyatu dengan seluruh alam semesta. Tuhan selalu ada dalam tiap partikel mentega pada susu, api pada kayu yang terbakar dan lain sebagainya.
Sedang Anggavati Aaraadhana adalah bentuk ritual peribadatan yang lebih mendalam lagi. Umat Hindu percaya bahwa segala unsur pada alam semesta (air, tanah, udara, api, tanah. Dan eter) tak lain adalah perwujudan Tuhan. Umat Hindu sudah sepatutnya menyembah-Nya.
Nidanavati Aaraadhana adalah bentuk ritual peribadatan yang memuat 9 jalan bakti: Shravanam (mendengarkan), Kiitanam (menyanyikan pujian-pujian kepada Tuhan), Vishnusmaranam (merenungkan akan nama Tuhan), Paadaseevaanam (memuja kaki suci Tuhan), Vandanam (bersujud kepada Tuhan), Archanam (menjalankan ritual pemujaan), Daasyam (mengabdi kepada Tuhan), Sheenam (menjadi sahabat Tuhan), dan Aatmaniveedanam (pasrah kepada Tuhan).
Anyavati Aaraadhana sendiri adalah bentuk keyakinan umat Hindu bahwa Tuhan memiliki berbagai wujud dan nama dengan sifat-sifat tertentu. Dengan peribadatan ini, umat Hindu mengenal banyak dewa sebagai perwujudan Tuhan. Sebut saja contohnya Dewa Wishnu dengan cakra, padma, gada, dan sangka di keempat tangan-Nya. Ada juga Ganggaadhari dengan Sungai Gangga-nya di rambut-Nya sebagai perwujudan Shiwa.
Baca juga: Cara Mengatasi Kecanduan Judi Online di Bidang Psikiatri hingga Agama